Minggu, 23 Oktober 2016


Pola Asuh Anak Masyarakat Negari Tanjung

Pola asuh anak di masyarakat nagari Tanjung (Bagian I)
Kalau kita perhatikan pola asuh anak di masyarakat nagari Tanjung dari masa ke masa terjadi pergeseran dari pola asuh anak andek ke anak amak dan terakhir ke anak mama.
Pola asuh anak andek
Pola asuh anak andek boleh dikatakan ini adalah pola asuh asli nagari Tanjung dan ini merupakan pola yang berlangsung sampai akhir tahun 1960 an. Pada era ini  seorang anak balita rambutnya dicukur habis dan ditinggalkan sedikit diatas kening yang berbentuk pola segiempat ataupun lingkaran. Pola rambut ini bertahan sampai anak usian lima atau enam tahun.
Setelah anak berusian sekitar tujuh tahun dibawah ke sekolah Rakyat1) dengan tempat tinggalnya di sekolah tersebut guru kelas satu akan melakukan uji pisik terhadap anak dengan cara tangan kanan  harus diletakkan di atas kepala dan jari harus menjangkau kuping kiri, seandainya jari belum sampai ke kuping kiri, akan dibalik sekarang tangan kiri yang harus diletakkan di atas kepala dan jari harus menjangkau kuping kanan, sekiranya belum sampai juga anak tersebut belum bisa diterima di Sekolah Rakyat dan harus menunggu satu tahun lagi. Seandainya tangan kanan setelah diletakkan di atas kepala dan bisa menjangkau telinga kiri, anak tersebut langsung diterima sebagai murid baru. Demikianlah seleksi masuk sekolah di jaman itu.
Setelah anak masuk sekolah anak mulai berkenalan dengan dunia luar selain pagi hari bersekolah, sore haripun harus mengaji disurau dan harus tidur di surau anak mulai dibekali dengan peci, kain sarung dan kain bosan2) . Mulailah anak berkenalan dengan kehidupan masyarakat dan memulai aktifitasnya sebagai generasi muda nagari Tanjung. Sebagaimana lazimnya mengaji disurau anak harus mempunyai Qur’an Juz Ammah terlebih dahulu belajar membaca huruf Hijaiiyah, belajar tajuid, belajar cara shalat dan ilmu ilmu lainnya. Biasanya pukul 4 lewat anak anak sudah mulai berangkat ke surau dan meraka berkumpul di halaman surau untuk main sepak bola putik Sampuago 3) . Sesuai dengan perkembangan anak kira kira anak berusia sepuluh tahun anak mulai belajar bekerja dengan membuat kelompok kerja sesama anak ini disebut tobo ketek 4)  Anak anak berkelompok bekerja berdasarkan kedekatan tempat tinggal dan mulai belajar kerja secara bergotong royong secara bergiliran dari rumah ke rumah. Sesuai dengan perkembangan usia anak pada umur ke lima belas tahun anak mulai ikut bekerja bersama orang tua, masuk kedalam grup tobo5) sebagai kocik tobo6) . Pada kelompok tobo terutama kelompok tobo canang biasanya paling sedikit terdapat satu kocik tobo. Tugas kocik tobo adalah memelihara kambing atau membawa marawa 7) , dimana kambing ini akan dipotong setelah panen selesai. Biasanya kocik tobo selalu berpakaian rapi kalau perlu pakai kacamata sambil menggiring kambing atau membawa marawa pulang pergi dari temopat kerja. Kalau kita lihat pada generasi ini jarang sekali anak nagari Tanjung yang melanjutkan pendidikan ke sekolah yang lebih tinggi, mungkin satu diantara dua puluh anak yang berminat melanjutkan sekolahnya ke SGB 8) Tanjung Ampalu. Pada waktu itu satu satunya sekolah sesudah tamat SR adalah SGB (sekolah guru bantu) yang terletak di Tanjung Ampalu.
Anak anak yang tidak melanjutkan pendidikannya harus ditempa melalui latihan kerja secara bertahap sesuai umur mulai dari tobo ketek-ketek,terus menjadi kocik tobo dan terakhir menjadi anggota tobo. Kepada setiap anak nagari Tanjung selalu ditanamkan tiga ketolokan 9)  yaitu tolok kasawah, tolok karimbo dan pandai mangaji serta sitarolak 10) .  Yang masing-masing ada pula tingkatannya seperti kesawah yang tadah hujan dan yang paling berat adalah kesawah kinciegh 11). Karimbo adalah mencari kayu untuk meramu bahan bahan padangauan 12) . Terakhir ketolokan yang ketiga adalah pandai mengaji dan pandai pula pencak silat dengan aliran sitarolak (bela diri khas Tanjung). Dulu di nagari Tanjung hampir setiap jorong ada sasana sitarolak. Masing masing sasana ada pendekarnya namun mereka semua rukun belum pernah kedengaran ada permusuhan antar sasana. Dalam pengamatan penulis generasi ini adalah generasi  yang paling sempurna, belum pernah kedengaran ada yang gagal dalam kehidupan. Ini adalah generasi yang disegani baik oleh kawan maupun lawan. Generasi dengan pola asuh anak andek ini mulai bergesar pada akhir tahun 1950 menuju pola asuh anak amak.
Catatan :.   
1. Sekolah Rakyat adalah nama sekolah Dasar di zaman dulu
  1. .      Kain bosa adalah kain yang digunakan untuk penutup aurat dikala mandi disumur ataupun di sungai.
  2. 3.      Putik sampiago adalah adalah buah jeruk yang masih muda sehingga mudah untuk dilunakan dengan jalan membanting banting ke tembok beberapa kali kemudian dijadikan bola untuk permainan seperti layaknya sepak bola.
  3. .      Tobo ketek adalah perkumpulan orang orang kecil yang saling bergotong royong mengerjakan pekerjaan pekerjaan ringan.
  4. .      Grup tobo adalah anggota toba biasanya sekitar 10 sampai 20 Orang dalam satu grup.
  5. .      Kocik tobo adalah anggota tobo termuda orang yang baru belajar kerja,kalau sekarang dikenal dengan istilah magang.
  6. .      Marawa adalah bendera Tobo, lambang kebesaran tobo, sekali gus lambang persatuan, saling peduli dan saling asuh.
  7. .      SGB singkatan dari Sekolah Guru Bantu diatasnya ada jenjang SGA sekolah guru atas.
  8. .      Katolokan adalah adalah sejumlah kemampuan yang harus dipunyai oleh warga negari Tanjung sekarang lebih dikenal dengan istilah kompetensi. Dalam tiga ketolokan yang dianut masyarakat negeri Tanjung sudah tercakup Hard Skill maupun soft skill).
  9. .  Sitarolak adalah Starolak adalah seni bela diri khas nagari Tanjung.
  10. .  Kinciegh adalah adalah kincir air yang bermanfaat untuk mengairi sawah dan adakalanya juga dapat berfungsi untuk menumbuk padi.
  11. .  Padangauan adalah persiapan membuat rumah dengan sejumlah material dari kayu.