Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa pahlawannya
Almarhum
H. Hasan Basri
(Markas
Legiun Vetera Kabupaten Sijunjung)
MOHON AMPUN
Tanjung Nagariku diwaktu senja
Batang ombilin mengalir membelahnya
Masa muda hati berbunga – bunga
Tidak ingat tua akan tiba
Teringat pagi hari yang cerah
Sekarang petang tlah membayangi
Banyak dosa tak tertarah
Amal dibuat mungkin kurang
Bekal sedikitr jalannya panjang
Semoga Allah berkasih sayang
Koto Tuo dan Koto Subarang semula jadi
Nagari Tanjung diberi nama
Kalau ingat badan ka mati
Sejak kecil taat Agama
Ya Allah Tuhan Yang Maha Esa
Pengasih, peyanyang pada hamba-Nya
Pada Allah jua kami menyembah
Semoga diampuni jua segala dosa
PAHLAWAN KESUMA BANGSA
Ombilin di waktu senja
Dentum menderu ombak menerpa
Wahai pejuang penegak negara
Karena jasamu negara jaya
Jasamu
terpatri di Alam baqa
Tercatat
sudah disisi Allah
Di alam
nyata biar terlupa
Kita hidup
hanya sementara
Apa guna talas berbunga
Cempaka harum baunya
Dipusaramu tertancap Dwi warna
Pertanda kau Pejuang Bangsa
BALADA JEMBATAN MERAH
Di jembatan
Merah Tanjung Ampalu
Darah Putraku pernah menggenangi persada
Mengering disengat
mentari membakar
Dihembus angin
semilir, jadilah darah abu memerah
Debu revolusi
penyubur bumi
Di jembatan
Merah Tanjung Ampalu
Tubuh saudaraku
terkapar ditembus peluruh
Peluruh melanda
jasad
Terempas diluncuran
tembok berlumut dan basah
Gemericik air hilir
bagaikan senandung pilu meratap
Tubuh terpagut riak
gelombang kecil bak belaian jari bunda
Melepas kepergian
penuh nestapa
Di jembatan Merah Tanjung
Ampalu
Tubuh suamiku pernah
dibiadabi si angkara murka
Dalam eksekusi tanpa
peradilan, disayat, ditusuk
Tanpa secuil rasa
manusiawi
Serentetan semburan
peluruh diakhir hayat
Menyusul lafas dua
kata keramat “ merdeka atau mati ”
Di jembatan
Merah Tanjung Ampalu
Air terjun
dijembatan tua pernah merah kesumba
Menyambut
tubuh-tubuh meregang nyawa
Palunan air bagai
palunan bunda menangisi
Tempias embun
pengganti derai air mata melepas kekasih
Sesegukan, isak,
sedu sedan putra-putri
Ditinggal pergi
Di jembatan
Merah Tanjung Ampalu
Arus air membawa
tubuh-tubuh yang mulai kaku
Sempai tersangkut di
dahan belukar yang menjulai
Hilang di
celah-celah jeram bebatuan
Dari kedalaman air
menyembilu
Ada tangan
menggapai-gapai bagai lambaian perpisahan
Lalu terkulai lemah
menyerah dalam ketidak berdayaan
Hanyut bersama
derasnya air mengalir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar