Minggu, 17 Agustus 2014

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa-jasa pahlawannya

Almarhum H. Hasan Basri
(Markas Legiun Vetera Kabupaten Sijunjung)

MOHON AMPUN

Tanjung Nagariku diwaktu senja
Batang ombilin mengalir membelahnya
Masa muda hati berbunga – bunga
Tidak ingat tua akan tiba

Teringat pagi hari yang cerah
Sekarang petang tlah membayangi
Banyak dosa tak tertarah
Amal dibuat mungkin kurang
Bekal sedikitr jalannya panjang
Semoga Allah berkasih sayang

Koto Tuo dan Koto Subarang semula jadi
Nagari Tanjung diberi nama
Kalau ingat badan ka mati
Sejak kecil taat Agama

Ya Allah Tuhan Yang Maha Esa
Pengasih, peyanyang pada hamba-Nya
Pada Allah jua kami menyembah
Semoga diampuni jua segala dosa

PAHLAWAN KESUMA BANGSA

Ombilin di waktu senja
Dentum menderu ombak menerpa
Wahai pejuang penegak negara
Karena jasamu negara jaya

            Jasamu terpatri di Alam baqa
            Tercatat sudah disisi Allah
            Di alam nyata biar terlupa
            Kita hidup hanya sementara

Apa guna talas berbunga
Cempaka harum baunya
Dipusaramu tertancap Dwi warna
Pertanda kau Pejuang Bangsa

BALADA JEMBATAN MERAH

Di jembatan Merah Tanjung Ampalu


                Darah Putraku pernah menggenangi persada
                Mengering disengat mentari membakar
Dihembus angin semilir, jadilah darah abu memerah
Debu revolusi penyubur bumi

Di jembatan Merah Tanjung Ampalu


Tubuh saudaraku terkapar ditembus peluruh
Peluruh melanda jasad
Terempas diluncuran tembok berlumut dan basah
Gemericik air hilir bagaikan senandung pilu meratap
Tubuh terpagut riak gelombang  kecil  bak belaian jari bunda
Melepas kepergian penuh nestapa

Di jembatan Merah Tanjung Ampalu

Tubuh suamiku pernah dibiadabi si angkara murka
Dalam eksekusi tanpa peradilan, disayat, ditusuk
Tanpa secuil rasa manusiawi
Serentetan semburan peluruh diakhir hayat
Menyusul lafas dua kata keramat “ merdeka atau mati ”

Di jembatan Merah Tanjung Ampalu


Air terjun dijembatan tua pernah merah kesumba
Menyambut tubuh-tubuh meregang nyawa
Palunan air bagai palunan bunda menangisi
Tempias embun pengganti derai air mata melepas kekasih
Sesegukan, isak, sedu sedan putra-putri
Ditinggal pergi

Di jembatan Merah Tanjung Ampalu


Arus air membawa tubuh-tubuh yang mulai kaku
Sempai tersangkut di dahan belukar yang menjulai
Hilang di celah-celah jeram bebatuan
Dari kedalaman air menyembilu
Ada tangan menggapai-gapai bagai lambaian perpisahan
Lalu terkulai lemah menyerah dalam ketidak berdayaan
Hanyut bersama derasnya air mengalir


Tidak ada komentar:

Posting Komentar